Selasa, 14 Desember 2010

KAMPUNG NAGA




Kampung Naga secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya sekitar 26 kilometer. Untuk mencapai perkampungan Naga Anda harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) berjumlah lebih dari 360 anak tangga yang dibuat berkelok hingga ke tepi sungai Ciwulan dengan jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam areal Kampung Naga, yang biasa disebut Kampung Naga Dalam. Sepanjang menyelusuri anak tangga tersebut, Anda akan disuguhi panorama hijau perbukitan, sangat jauh berbeda dengan polusi kosmopolitan yang kerap dihirup di perkotaan. Keunikan lain dari Kampung Naga adalah kekayaan budayanya. Kampung ini merupakan suatu kampung kecil yang penduduknya sangat teguh dan patuh memegang tradisi nenek moyang secara turun-temurun. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan keharmonisasian antara adat-istiadat tradisional bercampur dengan kekentalan ajaran agama Islam yang dipeluk. Apapun yang hendak masyarakatnya lakukan, sang tetua desa akan memutuskannya berdasarkan adat-istiadat dan ajaran agama Islam. Ini dilakukan untuk menghindari pamali (dosa) yang dapat menimbulkan malapetaka menurut kepercayaan setempat.kotaan.
Rumah yang berada di Kampung Naga jumlahnya tidak boleh lebih ataupun kurang dari 108 bangunan secara turun temurun, dan sisanya adalah Masjid, lei (Lumbung Padi) dan patemon (Balai Pertemuan). Apabila terjadi perkawinan dan ingin memiliki rumah tangga sendiri, maka telah tersedia areal untuk membangun rumah di luar perkampungan Kampung Naga Dalam yang biasa disebut Kampung Naga Luar.
Bentuk bangunan di Kampung Naga baik rumah, musollah, patemon (balai pertemuan) dan lumbung padi memiliki bentuk yang serupa. Atapnya terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagai penutup bumbungan. Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari anyaman bambu (bilik) dengan pintu terbuat dari serat rotan. Keunikan lain tampak pada letak semua bangunan yang menghadap hanya ke utara atau selatan sebagai bentuk kepercayaan mereka dari generasi ke generasi. Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gaya arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga.
Semua peralatan rumah tangga yang digunakan oleh penduduk Kampung Naga pun masih sangat tradisional dan umumnya terbuat dari bahan anyaman. Dan tidak ada perabotan seperti meja atau kursi di dalam rumah. Hal ini mencerminkan bahwa Kampung Naga merupakan kampung yang terbelakang atau tertinggal, akan tetapi mereka memang membatasi budaya modern yang masuk dan selalu menjaga keutuhan adat tradisional agar tidak terkontaminasi dengan kebudayaan luar. Bahkan kampung ini menolak aliran listrik dari pemerintah, karena semua bangunan penduduk menggunakan bahan kayu dan injuk yang mudah terbakar dan mereka khawatir akan terjadi kebakaran.

Sabtu, 11 Desember 2010

ROMAN CATHOLIC CHURCH, THE ST PETER'S CHURCH



Looking, to the rear side of De Javasche Bank Bank or Bank Indonesia building, across the street from the Bank Indonesia office complex, is the Roman Chatolic Church, The St Peter's Church, which was also designed by the architect C.P. Wolff Schoemacher and was constructed in 1922.

Senin, 06 Desember 2010

KERAJINAN GERABAH (POTTERY)





Seni Gerabah, Sejak jaman duluuuu....nenek moyang kita telah membuat dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, mereka menggunakan gerabah dalam berbagai bentuk untuk keperluan makan juga kegiatan ritual.
Saat ini gerabah termasuk dalam salah satu benda seni yang banyak dicari, harganya relatif murah , perawatannya pun mudah. Sebagai unsur dekorasi gerabah mampu memberikan kesan natural dan tradisional pada ruangan anda.
Pada kali ini saya akan tampilkan pernak pernik gerabah koleksi "Etnik Galeri" yang dipergunakan sehari-hari sebagai perlengkapan makan sekaligus sebagai dekorasi ruangan. Diletakan di atas meja makan dan keberadaannya mampu menciptakan suasana yang sangat Natural, Cantik, Alami dan Eksotik.

Selasa, 30 November 2010

THE OLD BANK INDONESIA BANDUNG REGIONAL OFFICE BUILDING (2)

OTHER FUNCTIONAL AND DECORATIVE OBJECT

Examining in further detail the interior of the building, one can also note that the locks. the door handles and other functional interior objects are still in the original form and they reflect the state of industrial arts at the time. The turnkeys are of the Kero mark, a well known key marker whose product are commonly found in major building of that time.

Stained glass ornament at the front entrance of the building



Detail on the door locks which are still original



The brass door handles attached to the entrance door and other doors in the interior are made of steel


Is a photograph of the plaque still intact indicating that the architects were fermont-cuypers, the brass plaque indicating the name of the architects has been discreetly hidden an not obviously seen at first sight by some one entering the building.

Senin, 29 November 2010

THE OLD BANK INDONESIA BANDUNG REGIONAL OFFICE BUILDING (1)

PRESERVING an ARCHITECTURAL HERITAGE



Photograph of the left side of the Building



Does not feel in November 2010 was even 18 years I worked at Bank Indonesia, this work is my love, my love with her work, I like the environment and I am very happy with the building.
7 years I worked in Human Resources, and the rest is already 11 years old I became Secretary.
Fun job, met a lot of new people and establishing a professional work relationship.
Okay now I'll share a little about my office building which includes the Old Building protected authenticity.



As a National asset Bank Indonesia is duty bound to preserve this architectural heritage for which is fully responsible for its maintenace , preservation and use, and to share this national heritage with the public.





front entrance of the building


the step on the main entrance to the building with decorative balls shaped on ornaments made of andesit stones ispired by Victorian style. The Ornamen on the bottom of the pilars of the front entrance are Doric style.
Window near the ceiling with stained glss on the window. Unfoetunately no record of t
he foto of the original in presently in existence
The Top of the main entrance with trianngular ceiling in Doric style with top ornamen in the middle an on each side of the triangle.






Heavy iron grill on the window is still the original
Additional decorative ornament from cement which was added to the building at a later time


A Night View of the Main Entrance

Selasa, 23 November 2010

MOJANG BANDUNG (2)




Pelecehan perempuan secara terbuka dimulai pada masa Asisten Residen Priangan Pieter Sijthoff ketika Willem Schenk seorang pemilik perkebunan kina melakukan pengerahan perempuan cantik Indo-Belanda dari perkebunan Kina Pasirmalang di Selatan Bandung untuk menyemarakan dan melayani para peserta Kongres Pengusaha Perkebunan Gula di Bandung (1896).
Demikian suksesnya peran para perempuan Bandung waktu itu sehingga para peserta kongres memberi Bandung julukan De Bloem der Indiche Bergsteden (Bunga Pegunungan Hindia Belanda).
Kejadian memalukan yang serupa terjadi lagi dimasa setelah kemerdekaan, pada sebuah peristiwa besar yang mengharumkan Bandung ke pentas International yaitu saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Panitia secara sembunyi-sembunyi dan terselubung ternyata menyiapkan layanan perempuan untuk para anggota delegasi. Layanan panitia yang sangat dicela dan disayangkan oleh banyak pihak. Seorang pekerja seks komersial (PSK) kelas atas yang cukup punya nama di Bandung saat itu sempat harus dirawat di rumah sakit setelah melayani peserta konferensi.
Penuturan Haryoto Kunto ('Nyi Dampi, De Bloem Van Kebon kalapa"; Matra No.82; Yayasan Bapora;Jakarta;Mei 1993) tentang latar belakang, kemunculan Indo Belanda di Perkebunan milik Belanda di sekitar Bandung dan kemunculan bursa seks di Bandung cukup menarik untuk simak.
Sejak berlakunya cultuurstelsel (Tanam Paksa) yang diberlakukan pemerintah Hindia Belanda antara th 1830-1870, perkembangan perkebunan diwilayah sekitar Bandung berkembang dengan sangat pesat baik dari segi luas dan jenis tanaman. Orang Belanda saat itu menurut peraturan tidak boleh membawa keluarganya dari negri Belanda. Pekerja perkebunan yang bekerja keras dari hari kehari tak terelakan lagi merasa jenuh dan diliputi kerinduan terhadap isteri dan anak yang ditinggal jauh di Belanda. Akhirnya, terjadi hubungan dengan pekerja lokal atau warga sekitar perkebunan dengan status Nyai-Nyai (tanpa perkawinan, hidup bersama). Belasan tahun kemudian terlihat banyak remaja berkulit lebih putih, berhidung mancung, berwajah cantik dan tampan, kemudian dikenal sebagai Indo Belanda. Fenomena ini sebenarnya juga terjadi di perkotaan, tetapi karena penduduk kota cukup banyak, kehadiran mereka tidak terlalu menarik perhatian.

MOJANG BANDUNG (1)


sumber artikel :BANDUNG, Kilas Peristiwa di mata Filatelis, Sebuah Wisata Sejarah (Sudarsono Katam Kartodiwirio)


Priangan dan Kota Bandung sejak tempo doeloe terkenal dengan kecantikan, kejelitaan, kemolekan dan keramahan para perempuannya yang biasa disebut Mojang Priangan dan Mojang Bandung, padahal istilah Mojang sebenarnya adalah sebutan untuk para perempuan yang belum menikah (gadis).
Mojang Bandung tempo doeloe berpakaian kain batik dan kebaya serta bersandal kayu dengan "tumit" tinggi berukir ragam hias yang dicat dengan warna mencolok.
Sandal kayu beragam hias ini dinamai Kelom Geulis. Jika berjalan-jalan tidak lupa memakai payung kertas buatan Tasikmalaya yang biasa disebut Payung Geulis. Sekarang ini Kelom Geulis sudah dapat dikatakan kehilangan fungsinya sebagai alas kaki, tetapi sudah lebih menjurus kepada karya seni barang hiasan atau cenderamata belaka, sedangkan payung kertas dengan cat warna warni sekarang ini hanya merupakan alat pelengkap dan atau persyaratan acara ceremonial saja.
Selain terkenal cantik, Mojang Bandung pun pintar dan pada masa itu mereka sudah berpandangan jauh ke depan. Para Mojang kelompok ini pada umumnya sempat menikmati pendidikan di Sekolah untuk warga Belanda karena status keningratan atau sosial dan jabatan para orang tuanya.
Demikian terkenalnya para Mojang Bandung, sampai-sampai ada anjuran bagi para pelancong yang berniat mengunjungi Bandung, yaitu : The Traveler to the East, Whether tourist or Businessman, may on his voyage, or even before, have given the advice : "Dont forget a stay at Bandoeng (Official Yearbook-K.P.M.1937-1938) dan Don't come to Bandoeng if you left a wife at home (Mooi Bandoeng, Juli 1937)
Anjuran tersebut selain berkaitan dengan keindahan dan hawa sejuk alam sekitar Kota Bandung, Tidak Pelak lagi ada kaitannya dengan kecantikan, kejelitaan dan kemolekan para Mojang Bandung. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa sampai sekarang nama kota Bandung indentik dengan sesuatu yang berkonotasi negatif yang berkembang dan tertanam dibenak para lelaki. Menyakitkan, tetapi itu memang sebuah kenyataan yang tak terpungkiri.

Sabtu, 20 November 2010

MINGGU PAGI DI JL DAGO






Bosan dengan acara televisi, atau olah raga yang itu-itu juga ? Bagi kamu warga Kota Bandung sesekali datanglah ke Jl. Dago, di Jalan Tua yang banyak menyimpan cerita tersebut kamu akan menemukan suasana olahraga dan hiburan yang menyenangkan.
Setiap minggu mulai pukul 06.00 sampai 10.00 WIB ruas jalan dago tertutup untuk semua jenis kendaraan, disana kita bisa bebas berjalan sambil berwisata, 'DAGO CAR FREE DAY"
Diantaranya ada kelompok musik yang tergabung dalam DAMAS (Daya Mahasiswa Sunda) bekerja sama dengan hotel Geulis dan PHRI (persatuan Hotel dan Restorant Indonesia) bertujuan melestarikan Budaya Sunda, selalu menggelar pertunjukan tradisional yang sangat menarik. Panggung digelar di pinggir jalan persis depan hotel Geulis, Suasana terjalin sangat akrab antara kelompok seniman dan penonton , karena penonton tidak dilarang menikmati pertunjukan dengan berdiri atau duduk kurang dari 2 meter, keunikan lain dari kelompok seniman ini adalah selalu melibatkan penonton untuk ikut partisipasi aktif dalam setiap pertunjukannya.
Tidak mau ketinggalan Etnik Galeri pun turut memeriahkan Jalan Dago dengan tujuannya tak lain adalah berpromosi memperkenalkan produk Etnik Galeri, membagi-bagikan brosur dan kartu nama, selain itu EG melayani penjualan langsung dengan diskon menarik.
Selama ini respon pengunjung sangat bagus, Di Dago Car Free Day ini pula aku bertemu dan berkenalan dengan beberapa orang yang tertarik dengan produk EG, pada akhirnya perkenalan berlanjut dengan terjalinnya hubungan silaturahmi yang berkelanjutan. Allhamdulillah.

Rabu, 17 November 2010

Lilin Romantis

Suasana di Salah Satu Sudut Etnik Galeri Bandung


Di Bandung banyak banget cafe rumahan dengan nuansa etnik, makanan yang disajikan beragam ada yang hanya sekedar kopi dan camilan ada pula yang menyajikan makanan lengkap dari mulai ala sunda , eropa dan China.
Ada persamaan bila aku amati baik cafe rumahan semisalnya cafe Halaman atau pun Cafe Resto seperti Siera atau Valley yaitu suasana yang dibangun di ciptakan Romantis.
Suasana ini didukung oleh penerangan lilin sederhana yang cantik dan temaram, sehingga kalau makan berdua sama si dia di jamin bakalan sahduuuu merayu deh.....hehehe...!!!
Biasanya lampu cantik itu di letakan di atas meja, disajikan dalam gelas kaca, api nya selalu tenang didalam gelas.
Karena menggunakan minyak goreng, maka lampu minyak ini tidak berbau dan tidak beresiko menimbulkan kebakaran.
Untuk membuatnya mudah banget, kita bisa gunakan bahan-bahan yang ada disekitar kita, yuk kita mulai :

Bahan-bahannya :

1. Alumunium bekas tutup minuman botol
2. Minyak Goreng
3. Benang Kasur (untuk sumbu)
4. Tutup Botol Gabus
5. Gelas Kaca
6. Cutter
7. Palu
8. Paku
9. Gunting



Caranya Ambil Tutup botol gabus iris , sesuaikan tebalnya dengan tutup minuman botol




Lubangi tengah-tengahnya tutup botol gabus dan tutup minuman botol satukan dengan menggunakan tali kasur yang berfungsi untuk sumbu



Isi gelas dengan air setengahnya kemudian tuangi minyak goreng, miyak akan berada di atas

Apungkan perlahan-lahan sumbu yang telah kita buat ke atas gelas minyak.



Jadi deh...

Sabtu, 06 November 2010

RUMAH ADAT BATAK TOBA




Sejak tanggal 31 Oktober 2010 saya didetasir ke Kantor di Pematang Siantar, Sumatra Utara, ternyata kotanya sangat indah, asri dan sejuk. Pohon-pohon besar masih banyak ditemui di area terbuka kota. Tidak ada kemacetan disana, yang ada adalah kota yanag benar-benar nyaman.


Rumah Adat Batak Toba (Raja Sidabutar)


Berhubung pada hari Sabtu libur, maka kesempatan itu tidak kusia-sia kan, saya ingin melihat rumah adat batak, terutama yang ada di Toba dan Samosir, dari Pematang Siantar ke Parapat (Toba) ditempuh dalam waktu 1 jam saja dan menyeberang ke Pulau Samosir dengan menggunakan kapal Ferry hanya butuh waktu 45 menit. Yang saya lihat disana Luar biasa indah. Ini saya coba tampilkan foto rumah adat batak Toba yang ada di Pulau Samosir


Rumah Bolon


Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, berbentuk empat persegi panjang dan kadang-kadang dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk memasuki rumah harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.




Salah Satu Jenis Corak Hiasan Dinding



Salah satu jenis corak hiasan dinding


Rumah yang paling banyak hiasan-hiasannya disebut Gorga. Hiasan lainnya bermotif pakis disebut nipahu, dan rotan berduri disebut mardusi yang terletak di dinding atas pintu masuk. Pada sudut-sudut rumah terdapat hiasan Gajah dompak, bermotif muka binatang, mempunyai maksud sebagai penolak bala. Begitu pula hiasan bermotif binatang cicak, kepala singa yang dimaksudkan untuk menolak bahaya seperti guna-guna dari luar. Hiasan ini ada yang berupa ukiran kemudian diberi warna, ada pula yang berupa gambaran saja.


Foto-foto tersebut diambil di Objek Wisata Budaya SiGale-Gale di Pulau Samosir, Si Gale-gale adalah nama sebuah boneka kayu yang bisa digerakkan untuk menari. Bentuknya unik dengan pakaian tradisional batak melekat di badannya. Jika sesekali berkunjung ke pulau Samosir, jangan lupa untuk menyaksikan kehebatannya mengolah tubuh.




Minggu, 31 Oktober 2010



Hari Senin tanggal 25 Oktober tiba-tiba saja di telp oleh Disperindag untuk menghadiri pertemuan dengan Dinas UMKM Disperindag. lagi-lagi curi waktu buat menghilang dari kantor (mudah-mudahan si Bos ga tau kalau aq ngilang hihihi...)
Aq disuruh ke hotel Royal Hotel Qorner sambil disuruh bawa contoh produk, alamak !!!! koq mendadak gini sih, kalau dikasih tau sebelumnya aq pasti bawa contoh produk yang menurutku paling oke. Untung saja di mobil ada 2 buah Bedcover pesanan orang yang rencananya mau di anter masih nangkring di mobil.
Ceritanya di sana aq perlihatkan lah contoh produkku ...Waaahhh....aq jadi maluuuu...( tepatnya girang !) ternyata si Kepala Dinas begitu antusias dan takjub melihat produkku, beliau takjub melihat bagaimana sebuah perca bisa menjadi produk yang cantik (secantik orangnya hahaha???).
Alhasil.. keputusannya produkku akan ikut dipamer kan di Singapore dan Malaysia dalam pameran dagang sebagai produk daur ulang...iiihhhh...bangganya !!!! dan Aq disuruh rajin ke Dinas buat konsultasi pendampingan usaha, dan konsultasi desain. Disamping itu Disperindag juga akan membantu dalam hal Promosi. Yang paling penting adalah....kesemuanya itu Gratissss...tiss..tiss...!!!! Cihuuuyyy.....!!!!! mudah-mudahan ke depan Etnik Galeri bisa lebih eksis lagi sehingga bisa menambah tenaga kerja lagi, dengan begitu mengurangi pengangguran kan..??? Terima kasih kepada semua pihak yang telah begitu peduli kepada Etnik Galeri.

Kamis, 28 Oktober 2010

Undangan dari Disperindag





Suprise juga pada hari Jum'at Tgl 22 Oktober 2010 pagi dapat undangan dari Gubernur Jabar untuk menghadiri pembukaan pameran Citra Kriya KUMKM Jawa Barat 2010 sekaligus sebagai peserta pameran, untuk menghormati undangan tsb akhirnya terpaksa deh bolos kerja hehehe...
Pada pembukaan tamunya banyak sekali, pada kesempatan tsb adalah kesempatan ajang silaturahmi dengan pelaku UKM dari seluruh Jabar.

Rabu, 06 Oktober 2010

Bedcover aplikasi Batik






Allhamdulillah.... Bu Tia pemilik hotel Ponty di Lembang memesan Bedcover nuansa etnik aplikasi batik untuk Hotelnya, mudah-mudahan bisa berkelanjutan terus ya bu..., aq kasih harga promo deh...

Jumat, 01 Oktober 2010


Perca perca tsb dipotong dg ukuran tertentu, aq motongnya 10 x 10 trs disambung2

Perca2 tersebut disortir, dipisahkan ukurannya diambil yg lebarnya minimal 12 cm, dicuci, dijemur di setrika dan di potong

Maunya rajin update ini blog, tapi bener2 waktu buat nulis aja koq susah ya...., masalahnya bukan susah nyari waktu..tapi susah nulis kata-katanya hehehe...
setelah libur lebaran, di Work Shop Etnik Galeri sudah mulai lagi. Ada Aas yang pegang komando, ngewakili aq untuk memantau kegiatan jahit menjahit dan meriksa jahitan.
Ada beberapa corak baru yg akan dibuat, kebetulan waktu menjelang Lebaran Pa Bubun penyuplai bahan perca perlu uang buat lebaran, jadi perca2nya di obral, ada 4 kwintal ! aq beli semua deh...,tentu saja harga spesial.

Minggu, 12 September 2010

Hunian Inspiratif Khas Kudus


Rumah peristirahatan ini memang istimewa. Penampilannya yang bergaya etnik Jawa "berani melawan" gaya modern minimalis yang sedang tren saat ini

Hunian yang berlokasi di kawasan Vila Amalina Gunung Guelis inl merupakan perwujudan apresiasi pemilik, Janti Soekirman akan keindahan rumah tradisional yang menurutnya mempunyai nllai budaya dan estetika seni yang sangat tinggi dan tidak pernah membosankan.

"Saya juga ingin membuktikan bahwa rumah tradisional kita dapat dinikmati dan digunakan sepanjang masa tanpa kehilangan konteks dengan gaya hidup masa kini", kata wanita yang berkarler di bidang perminyakan ini.

Berada di atas lahan yang berbukit dengan dikelilingi pepohonan besar dan sebuah danau, rumah ini seolah-olah menyatu dengan alam sekitarnya dan memancarkan suatu keindahan yang abadi.

Konsep Arsitektur

Untuk pembangunan dan desain vila ini pemilik dibantu oleh tim arsitek Heru Wicaksono dan Yusro dari konsultan Riscadana. Tantangan pertama dalam proses membangun ini adalah mengolah lahan yang ditumbuhi alang-alang dan tanaman perdu serta adanya kondisi kontur menurun ke arah danau yang berada di sebelah lahan serta dikelilingi oleh perbukitan.

Salah satu keinginan pemilik adalah mempertahankan posisi vila agar tetap berada di tengah pepohonan besar sehingga suasana teduh dan alami tetap terjaga. Selain itu, ia juga ingin memiliki area duduk terbuka di muka rumah untuk tempat acara bersama, sambil menikmati keindahan alam sekelilingnya. Untuk mewujudkan hal ini, tim arsitek meratakan sebagian lahan untuk halaman muka yang dijadikan tempat acara bersama.

Tantangan yang lain adalah mencari rumah tua beratap joglo yang dapat dibongkar, untuk dipindahkan dan dipasang kembali sesuai dengan wujud aslinya pada lahan di kawasan Vila Amalina Gunung Geulis ini.

Dalam pencarian tersebut, pemilik berhasil mendapatkan rumah tua, terbuat dari kayu jati yang berusia lebih dari 100 tahun di kawasan Jogjakarta dalam kondisi lengkap dan baik.

Pada rumah tua milik bekas pengusaha batik di Kudus ini terdapat ukiran khas Kudus yang detail dan dilapisi oleh cat berwarna cerah. Fasada rumah ditempatkan dengan satu sisi menghadap danau dan sisi yang lain menghadap hutan. Pada tanah menurun di belakang rumah dilakukan sedikit cut and fill agar membentuk lantai semibasemen.

Bagian utama rumah yaitu tiang struktural termasuk soko guru, tumpang sari, jendela, panel dinding dan panel pintu gebyok tetap dipertahankan. Elemen yang paling menarik adalah ornamen dekoratif berupa ukiran tiga dimensi bermotif bunga, daun dan sulur-sulurnya pada tumpang sari. Ornamen lainnya juga terlihat pada genteng dan wuwungan/bagian nok atap.

Warna kuning pada cat pelapis panel pintu gebyok luar dan warna biru pada tiang penopang teras membuat vila ini berkesan cerah dan menawan.

Dalam proses pembangunan kembali rumah tua ini, tim arsitek dibantu oleh I Nyoman Mupu, seorang ahli bangunan tradisional asal Bali yang menangani konstruksi dan pengolahan kayu.

Konsep Interior

Untuk penataan ruang dalamnya, diterapkan gaya etnik kontemporer yang menyatu dengan bangunan dan alam sekitarnya. Misalnya, lantai teras depan ditutup dengan ubin teraso antik bermotif bunga yang disesuaikan dengan motif bunga pada panel dinding dl teras muka.

Warna ubin juga disesuaikan dengan warna kuning dan biru pada cat pelapis panel dinding teras depan. Agar terkesan ringan furnitur dan aksesori dipilih yang simpel serta terbuat dari material alami tanpa ukiran yang rumit. Contohnya sofa di ruangan duduk terbuat dari anyaman rotan yang berpadu harmonis dengan meja kayu jati dan karpet yang juga dari anyaman rotan.

Sebuah tempat tidur khas jawa kuno ditempatkan di satu sudut ruangan dilengkapi dengan bantal-bantal bermotif batik, menambah suasana hangat dan santai.

Area dapurnya juga dibuat unik yang didesain multifungsi yaitu sebagai tempat memasak sekaligus bar untuk menyiapkan minuman dan makanan. Oleh karena itu, pemilik dan tim arsitek sepakat untuk menempatkan posisi dapur tersebut di bagian depan vila, diapit oleh ruangan makan dan teras muka serta didesain terbuka.

Dinding dapur yang menghadap ke arah teras depan diberi lubang jendela dengan pintu lipat-geser dan meja counter. Sebagian dinding luar dapur ditutup oleh susunan batu karang yang merupakan material khas kawasan Vila Amalina, sedangkan dinding dalamnya dibiarkan berupa acian semen kasar yang dlhias oleh ubin keramik berukir.

Semua lemarl (kitchen set) dan meja counter dibuat dari kayu nangka sedangkan daun meja (top table) dilapisi oleh marmer Ujung Pandang. Untuk kamar tidur utama yang terletak dibagian semibasemen, pemilik menerapkan gaya India. Penerapan tema yang berbeda ini dilakukan agar suasana menjadi lebih dinamis, tetapi tetap relevan dengan nuansa Jawa.

Ruangan ini dihias dengan pernak-pernik India tetapi aksen terkuat terlihat pada panel kayu dekoratif berupa tiga bentuk melengkung motif khas India dengan finishing warna merah marun-emas. Panel ini juga menjadi penyekat semi-terbuka antara ruang tidur dan area kamar mandi serta spa. Motif tersebut terlihat terulang kembali pada baglan kaca wastafel sehingga memberikan aksen yang lebih kuat.

Sesuai dengan konsep terbuka yang diinginkan pemilik, kamar tidur dan area spa dibuat menyatu agar pemilik dapat menikmati suasana seluruh ruangan tanpa dibatasi oleh dinding solid. Sisi ruangan yang menghadap ke arah taman hanya disekat oleh pintu kaca menuju teras dengan pemandangan indah ke arah danau.

Lantai area bathtub dan spa yang dllengkapi oleh perangkat dan ramuan untuk pijat (massage), dibuat menyerupai panggung kayu sedangkan plafonnya dirancang berupa piramid dari kaca transparan sehingga memberikan sensasi alami nan eksotik. Seluruh dinding area spa dan kamar mandi dilapisi oleh batu palimanan dan batu karang.

Kamar tamu yang juga dihubungkan melalui connecting door dari kamar utama, di desain eklektik dengan warna dinding hijau dan merah serta dekorasi khas etnik seperti panel ukiran dan bedcover sutra warna cokelat keemasan.

Dengan demikian suasana kamar yang tidak terlalu besar ini menjadi suasana dibuat lebih meriah dan terang. Secara keseluruhan, konsep arsitektur dan interior vila dari bongkaran rumah Kudus ini berhasil mewujudkan keinginan pemilik untuk menikmati keanggunan, kenyamanan dan kehangatan rumah tradislonal.

Keterangan Gambar:

Gb. 1 & 2 Posisi vila tetap dipertahankan di tengah pepohonan besar sehingga suasana di rumah tua khas Kudus ini terasa teduh dan alami.

Gb. 3 Halaman muka vila ditata untuk mengadakan acara bersama antara lain dengan penataan lampu dan lilin yang eksotik.

Gb. 4 Ornamen dekoratif berupa ukiran tiga dimensi bermotif bunga, daun dan sulur-sulur merupakan ciri khas rumah Kudus yang dikombinasikan dengan furnitur antik.

Gb. 5 Warna ubin antik yang menutupi teras depan sengaja disamakan dengan warna kuning pada cat pelapis panel dinding luar dan warna biru tiang penopang.

Gb. 6 Dalam proses bongkar pasang rumah tua ini, bagian utama rumah seperti soko guru dan tumpang sari dipertahankan dan dipadu dengan tata pencahayaan yang menghasilkan efek "dramatis".

Gb. 7 Kombinasi furnitur, batik dan gebyok menambah suasana "hangat" rumah tradisional Jawa ini.

Gb. 8 Sebagian panel-panel dinding luar yang menghadap ke arah danau sengaja dibongkar agar tercipta bukaan luas untuk memaksimalkan pandangan dari ruang duduk keluarga ke arah luar.

Gb. 9 Kamar tidur utama dihias dengan tema Maroko di antaranya berupa bentuk melengkung, motif khas dan finishing warna merah marun-emas pada panel kayu dekoratif, pada ornamen bedcover dan pada sarung bantal hias

Gb. 10 Sebagian panel-panel dinding luar yang menghadap ke arah danau sengaja dibongkar agar tercipta bukaan luas untuk memaksimalkan pandangan dari ruang duduk keluarga ke arah luar.

Gb. 11 Kamar mandi yang dirancang menyatu dengan kamar tidur utama ini dilengkapi oleh area untuk wastafel, dan untuk kloset duduk dan shower yang terpisah.

Gb. 12 Meskipun posisinya "memojok", kamar tidur tamu tampil menawan dengan cat dinding warna hijau dan mesh serta dekorasi khas etnik seperti panel ukiran dan bedcover sutra warna cokelat keemasan.

Gb. 13 Lantai pada area bathtub dan pijat (massage), dibuat menyerupai panggung kayu sedangkan plafonnya dirancang berupa piramid dan kaca transparan sehingga memberikan sensasi alami nan eksotik.

Lokasi: Rumah Peristirahatan milik Janti Soekirman di Villa Amalina, Gunung Geulis, Jawa Barat
Arsitek: Heru Wicaksono dari Konsultan Riscadana Dibantu I Nyoman Mupu
Desainer Interior: Pemilik Dibantu Oleh Yusro dari Tim Riscadana Interior

Sumber: Majalah ASRI